☕ Fenomena “Ngopi di Kuburan” Viral di Medsos — Antara Tradisi, Mistis, dan Konten
Bambu Emas 88 News – Dunia maya kembali dihebohkan dengan munculnya tren baru yang cukup aneh namun menarik perhatian: “Ngopi di Kuburan.” Aktivitas yang awalnya dilakukan oleh sekelompok anak muda di sebuah desa di Jawa Tengah ini, kini menjalar ke berbagai daerah dan menjadi bahan perbincangan hangat di media sosial.
Video berdurasi dua menit yang memperlihatkan sekelompok pemuda duduk santai di atas nisan sambil menyeruput kopi hitam, tertawa, dan membahas kehidupan, sontak viral. Banyak netizen merasa ngeri, tapi tak sedikit juga yang menganggapnya sebagai bentuk “ngopi anti mainstream.”
🔍 Awal Mula Fenomena: Dari Tradisi ke Konten
Fenomena ini bermula dari seorang konten kreator bernama “Rizal Kopi Malam” yang dikenal sering membuat video bertema keunikan budaya lokal. Dalam salah satu unggahannya, ia mengajak dua temannya untuk ngopi di area pemakaman tua. Awalnya, video itu dibuat untuk menunjukkan “keberanian nongkrong di tempat sunyi”.
Tapi di luar dugaan, aksi mereka justru menarik jutaan penonton. Tagar #NgopiDiKuburan pun mendadak trending, dan ratusan konten serupa mulai bermunculan di TikTok dan YouTube.
“Awalnya cuma buat seru-seruan, tapi malah jadi ramai banget. Banyak yang komentar antara takut sama ngakak,” ujar Rizal saat diwawancarai tim Bambu Emas 88 News.
💀 Antara Mistis dan Makna Filosofis
Meski terlihat aneh, fenomena ini ternyata memiliki makna sosial yang lebih dalam. Menurut Dr. Mulyani Harto, antropolog Universitas Gadjah Mada, kebiasaan nongkrong di makam bukanlah hal baru dalam budaya Indonesia.
“Di beberapa daerah seperti Jawa, Madura, dan Bugis, kuburan sering dianggap tempat yang sakral namun juga tenang. Sebagian masyarakat berziarah, sebagian lainnya sekadar duduk dan merenung. Tradisi ini bukan tentang menantang arwah, tapi tentang mengingat kematian dan menghargai hidup,” jelasnya.
Namun di era digital, tradisi yang semula penuh nilai spiritual ini justru mengalami “pergeseran makna.” Banyak orang melakukannya semata-mata untuk konten, tanpa memahami filosofi di baliknya.
📱 Reaksi Warganet: Antara Takut dan Kagum
Kolom komentar di berbagai platform dipenuhi beragam reaksi. Ada yang menganggap tren ini tidak sopan, tapi banyak juga yang menilai aksi itu justru menunjukkan sisi lain dari anak muda masa kini yang berani mengeksplorasi hal tabu.
Seorang pengguna X (Twitter) menulis: “Ngopi di kuburan bukan soal menantang maut, tapi mungkin cara baru anak muda untuk berdamai dengan rasa takut.”
Sementara pengguna lain berkomentar sinis: “Kalau mau ngopi ya di warung, bukan di antara batu nisan. Ngeri lihatnya.”
Perdebatan ini justru membuat tren semakin viral. Dalam waktu seminggu, tagar #NgopiDiKuburan sudah digunakan lebih dari 70 ribu kali di TikTok.
☕ Kopi, Simbol Kehidupan di Tengah Kematian
Bagi sebagian penikmat kopi sejati, secangkir kopi bukan sekadar minuman. Ia adalah simbol refleksi dan perenungan. Maka tak heran, ketika kopi dibawa ke tempat pemakaman, sebagian orang justru melihatnya sebagai simbol filosofi: menemukan ketenangan di tengah kefanaan.
“Kopi itu punya makna dalam budaya kita. Dia teman sepi, teman berpikir. Kalau kamu bisa menyeruput kopi di tempat kematian, berarti kamu sudah berdamai dengan ketakutanmu sendiri,” kata seorang budayawan muda dari Surabaya.
⚖️ Pandangan Agama & Etika
Tentu saja, tidak semua pihak sepakat dengan tren ini. Beberapa tokoh agama menilai fenomena ini sebagai hal yang tidak pantas. Menurut KH. Ahmad Syafi’i, seorang ulama di Yogyakarta, tindakan seperti itu bisa dianggap melecehkan tempat yang seharusnya dihormati.
“Kuburan adalah tempat peristirahatan terakhir manusia. Datanglah untuk mendoakan, bukan untuk mencari sensasi,” ujarnya.
Namun sebagian tokoh muda menilai perlu adanya pendekatan lebih bijak — bukan langsung menghakimi, tetapi mengedukasi. Karena dalam era media sosial, setiap tindakan bisa dimaknai berbeda tergantung konteks dan niatnya.
🧠 Analisis Sosial: Antara Hiburan dan Eksistensi Digital
Fenomena “Ngopi di Kuburan” menggambarkan pergeseran budaya anak muda dalam mencari identitas. Di tengah banjir konten, mereka mencari cara agar terlihat unik, eksentrik, bahkan menantang tabu. Dalam sosiologi digital, ini disebut sebagai “ritual eksistensi.”
Menurut pengamat media sosial Nur Hidayat, M.IKom, “Banyak anak muda tidak lagi mencari makna, tapi visibilitas. Selama sesuatu bisa viral, itu dianggap berhasil.”
Namun, ada sisi positifnya: fenomena ini memunculkan kembali diskusi publik tentang nilai-nilai lokal, spiritualitas, dan cara kita memandang kematian — tema yang jarang dibicarakan secara terbuka.
📸 Di Balik Layar: Strategi Konten Viral
Jika ditelusuri lebih jauh, banyak video “ngopi di kuburan” ternyata dibuat dengan perencanaan konten profesional — mulai dari pencahayaan, angle kamera, hingga storytelling.
“Kami nggak asal rekam. Kami setting dulu, karena mau tunjukin suasana sunyi tapi estetik,” kata Dimas, salah satu kreator konten asal Semarang.
Beberapa bahkan menggabungkan unsur humor dan horror, sehingga menciptakan daya tarik ganda: ngeri tapi bikin penasaran.
🗞️ Kesimpulan: Antara Canda, Budaya, dan Refleksi
Fenomena ini mungkin terlihat konyol di permukaan, tapi jika ditelusuri, ia menyimpan pesan yang kuat tentang bagaimana generasi muda beradaptasi dengan zaman digital. Mereka tidak lagi takut mengubah ruang tabu menjadi ruang ekspresi — meski kadang kebablasan.
Pertanyaannya sekarang bukan lagi “kenapa ngopi di kuburan?”, tetapi apa yang membuat anak muda perlu melakukan itu untuk didengar?
📢 Tetap update berita viral dan fenomena sosial lainnya hanya di Bambu Emas 88 News – portal berita viral dan terpercaya Indonesia.
Sumber: Dokumentasi pengguna TikTok (2025)
Komentar
Posting Komentar